Kisah Air Terjun Songglonagit

Dahulu kala, ada seorang pemuda dari Desa Tunahan menjalin kasih dengan gadis cantik dari Dukuh Sumanding Desa Bucu Kecamatan Kembang.

Jalinan kasih mereka terus bersemi dan berlanjut sampai dengan jenjang perkawinan. Sebelum melaksanakan upcara pernikahan, Sang Pemuda datang melamar dan membawa peralatan rumah tangga, seperti : wajan, piring, gelas, kambing, kerbau dan lain-lain sesuai dengan kebiasaan saat itu.

Pada suatu pagi si istri berniat menyiapkan makan pagi untuk Sang Suami. Pada saat mempersiapkan makanan tersebut si istri kurang berhati-hati sehingga antara peralatan satu dengan yang lain saling berbenturan dan menimbulkan bunyi-bunyian yang cukup kencang.

Sang Mertua (Ibu istri) mendengar bunyi tersebut dan menasehati,”Ojo glondhangan, mengko mendhak bojomu tangi,” bahasa Indonesianya,”Jangan gaduh, nanti suami kamu terbangun,”. Ternyata teguran Sang Mertua tersebut di dengar oleh menantu dengan pengertian yang berbeda,”kerjo kok glondhangan, rumangsamu barange bojomu,” bahasa Indonesianya,”
Kerja kok gaduh, memangnya barang bawaan suamimu,”. Begitulah si Menantu merasa sakit hati ketika mendengar kalimat tersebut dan esok malamnya kedua pasangan tersebut berniat meninggalkan rumah dengan diam-diam. Dalam keadaaan yang sangat gelap mereka menaiki pedati dan berjalan menyusuri hutan.

Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, begitulah kira-kira nasib yang menimpa pasangan tersebut karena pdati yang mereka tumpangi jatuh ke jurang yang sangat yang dalam (sekarang air terjun Songgolangit) dan sampai sekarang tidak ketahuan keberadaan jenazahnya. 

Cerita tersebut terus berkembang sampai sekarang sehingga menjadi pantangan orang-orang Desa Tunahan dan Desa Bucu untuk hidup berpasangan sebagai suami istri karena dikhawatirkan akan terjadi malapetaka terhadap rumah tangga mereka. Air terjun itu sendiri dinamakan Songgolangit karena ketinggiannya mencapai 100 meter dan ketika memandang dari bawah keatas seakan-akan seperti menyangga langit.

Air terjun yang terletak di Desa Bucu Kecamatan Kembang atau 30 kilometer sebelah utara kota Jepara ini memang cukup menawan. Letaknya yang berada di sisi utara Gunung Muria membuat udara sekitar sejuk dengan pemandangan yang indah. Apalagi ketika kita melintas disana sedang musim buah kapuk, sepanjang kanan kiri jalan terlihat mekarnya kapuk yang terombang-ambing oleh angin seakan turut mengucapkan selamat datang kepada para pengunjung.

Selain itu debit air yang cukup besar dan selalu mengalir walaupun musim kemarau, menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke tempat ini. Beberapa warung sederhana yang menjual makanan dan minuman berada disekitar air terjun semakin menambah semarak keberadaan air terjun Songglonagit. Silakan anda semua berkunjung ke air terjun Songgolangit ketika berkunjung ke Kota Jepara.

By : AMGD

Cerita ini boleh saya copy dari salah satu teman mailist saya, silakan dinikmati sambil minum teh..... :)






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar