Seperti biasanya, kami terbangun karena panggilan servis breakfast dari penginapan dan hari ini menunya nasi capcay dengan pelengkapnya cumi goreng tepung, haitttsss.....mantap sudah rasanya nikmat dan perut pun happy. Kami pun siap chek out pagi ini karena hendak pergi ke Ubud, disinilah kita bisa melihat seni budaya Bali, rencananya juga kami akan menginap 1 or 2 malam di Ubud. Tapi sebelum sampai Ubud kami akan mampir dahulu ke Pasar Sukowati untuk berbelanja oleh - oleh, mumpung jalannya satu arah.
Pura Desa Puseh - Sukawati |
Pasar Sukawati atau Pasar Seni Sukawati, merupakan sebuah pusat penjualan souvenir khas Bali. Siapapun yang datang ke Bali harus mengunjungi tempat ini, karena di sini adalah gudangnya belanja oleh - oleh dengan harga yang cukup bersahabat dengan dompet anda.
pasar sukawati, picture by google |
picture by google |
Puas belanja oleh oleh, kami lanjut lagi untuk ke penginapan baru kami di Ubud, yang merupakan cabang dari penginapan yang kami sewa di Denpasar. Nah selama perjalanan menunju penginapan ini mata kami juga disuguhi oleh pemandangan indah dari desa Ubud. Diperjalanan ini kami melihat dan menghirup budaya seni Bali yang sangat kental, terlihat dari banyaknya toko toko di pinggir jalan yang menjajakan aneka barang seni Bali macam lukisan, pahatan, patung dari batu, ukiran......tak hanya benda ada juga butik baju dengan fashion yang bergaya etnik modern dan juga tempat kursus yang menawarkan belajar yoga & meditasi.....macam di cerita nyata "Eat Pray Love" (EPL)
Nah karena menyebut salah satu kisah nyata dari EPL yang kebetulan ini merupakan favoritku.....bahkan filmnya pun sudah saya tonton. Ini dia yang mau saya kasih tau....sebelum film ini muncul ke pasaran, ternyata semua tempat syuting EPL di Ubud sudah saya lihat lebih dulu. Dan pemandangannya asli lebih indah dari pada yang ditayangkan di filmnya. Sayangnya....kenapa saya tidak turun ke jalan untuk mengabadikan pemandangan dalam perjalanan ini....yang ada hanya decak kagum dan terheran - heran dengan pemandangan alam di Ubud, itulah penyesalanku setelah pulang dari Bali.
Begitu sampai di penginapan, ternyata partner saya ada perubahan minat. Dia tak ingin menginap di Ubud alasannya karena jauh dari keramaian dan kebetulan lokasi tempat kami menginap ini berada di pinggir desa sehingga terkesan seperti di hutan karena memang hotel ini di bangun di sebuah lahan luas yang kaya akan pemandangan yang asri. Untung saja pihak hotel tak keberatan dengan kami yang membatalkannya. Padahal jujur saja....saya ingin sekali menginap di sini, karena saya merasakan ada keunikan dengan kamarnya yang dibangun menggantung di atas kolam dan kamar satu ke yang laen nya tidak nempel....terus tempat ini benar - benar tenang....cocok untuk mereka yang ingin escape dari hiruk pikuk kota atau yang mau mengadakan perjalanan spiritual macam meditasi. Penasaran lihat penampakan hotel di Ubud masuk saja ke website ini http://rafflesholiday.com/
apa yang anda lihat itulah yang akan anda dapatkan.....
Selesai masalah penginapan....sekarang kami dipusingkan hendak tidur dimanakah malam ini? karena penginapan hampir semua sudah penuh, maklum lagi high season saat kami ke Bali. Akhirnya kami putuskan lupakan lah sejenak....lebih baik menikmati liburan dulu ke tempat wisata yang searah dengan perjalanan kami yaitu ke "Kintamani". Nah loh...."Mongkey forest" nya kok diskip....iyap kami musuh dengan monyet, karena partner saya habis dijambret oleh monyet di Pura Uluwatu, jadi kita sepakat tidak ingin lagi bertemu dengan monyet selama di Bali, yach....selain itu saya sendiri pun juga takut sama monyet.
G. Batur - Kintamani |
Tak jauh dari situ terlihat sebuah bangunan Pura yang menarik mata kami, yaitu Pura Ulun Danu Batur atau sering di sebut juga Pura Batur, merupakan salah satu Pura terbesar selain Pura Besakih. Sebuah pura yang sangat layak untuk dikunjungi karena keindahan bangunannya juga latar belakang berupa Gunung Batur dan Danau Batur. Sebelum letaknya yang sekarang ini, Pura Batur terletak di lereng Barat Daya Gunung Batur. Karena letusan dasyat pada tahun 1917 yang telah menghancurkan semuanya, termasuk pura ini kecuali sebuah pelinggih yang tertinggi. Akhirnya berkat inisiatif kepala desa bersama pemuka desa, mereka membawa pelinggih yang masih utuh dan membangun kembali Pura Batur ke tempat yang lebih tinggi yakni pada lokasi saat ini. Upacara di pura ini dirayakan setiap tahun yang dinamakan Ngusaba Kedasa.
SEJARAH PURA BATUR
Sebelum letusan Gunung Batur yang dasyat pada tahun 1917, Pura Batur semula terletak di kaki Gunung itu dekat tepi Barat Daya Danau Batur yang merusakkan 65.000 rumah, 2.500 Pura dan lebih dari ribuan kehidupan. Tetapi keajaiban menghentikannya pada kaki Pura. Orang-orang melihat semua ini sebagai pertanda baik dan melanjutkan untuk tetap tinggal disana.
Sebelum letusan Gunung Batur yang dasyat pada tahun 1917, Pura Batur semula terletak di kaki Gunung itu dekat tepi Barat Daya Danau Batur yang merusakkan 65.000 rumah, 2.500 Pura dan lebih dari ribuan kehidupan. Tetapi keajaiban menghentikannya pada kaki Pura. Orang-orang melihat semua ini sebagai pertanda baik dan melanjutkan untuk tetap tinggal disana.
Pada tahun 1926 letusan baru menutupi seluruh Pura kecuali "Pelinggih" yang tertinggi, temapt pemujaan kepada Tuhan dalam perwujudan Dewi Danu, Dewi air danau. Kemudian warga desa bersikeras untuk menempatkannya di tempat yang lebih tinggi dan memulai tusag mereka untuk membangun kembali pura. Mereka membawa pelinggih yang masih utuh dan membangun kembali Pura Batur.
Beberapa lontar suci Bali kuno menceritakan asal mula Pura Batur yang merupakan bagian dari "sad kayangan" enam kelompok Pura yang ada di Bali yang tercatat dalam lontar Widhi Sastra, lontar Raja Purana dan Babad Pasek Kayu Selem. Pura Batur juga dinyatakan sebagai Pura "Kayangan Jagat" yang disungsung oleh masyarakat umum.
Sejarah Pura Batur merupakan persembahan untuk Dewi Kesuburan, Dewi Danu. Dia adalah Dewi dari air danau. Air yang kaya akan mineral mengalir dari Danau Batur, mengalir dari satu petak sawah ke petak sawah yang lainnya, lambat laun turun ke bumi. Dalam lontar Usaha Bali, salah satu sastra suci yang ditempatkan di pura itu, ada legenda kuno yang melukiskan susunan dari tahta Dewi Danu.
Legenda tersebut diceritakan sebagai berikut :
Pada suatu malam di awal bulan kelima Margasari Dewa Pasupati (Siwa) memindahkan puncak Gunung Mahameru di India dan membaginya menjadi dua bagian. Dibawanya satu bagian dengan tangan kirinya dan yang satunya dengan tangan kanannya. Kedua belahan itu dibawa menjadi tahta. Belahan yang dibawa dengan tangan kanannya menjadi Gunung Agung tahta untuk anaknya, Dewa Putranjaya (mahadewa Siwa) dan yang dibawanya dengan tangan kiri menjadi Gunung Batur tahta dari Dewi Danu, Dewi Air Danau.
Pada suatu malam di awal bulan kelima Margasari Dewa Pasupati (Siwa) memindahkan puncak Gunung Mahameru di India dan membaginya menjadi dua bagian. Dibawanya satu bagian dengan tangan kirinya dan yang satunya dengan tangan kanannya. Kedua belahan itu dibawa menjadi tahta. Belahan yang dibawa dengan tangan kanannya menjadi Gunung Agung tahta untuk anaknya, Dewa Putranjaya (mahadewa Siwa) dan yang dibawanya dengan tangan kiri menjadi Gunung Batur tahta dari Dewi Danu, Dewi Air Danau.
Legenda ini menjadikan Gunung terbesar di Bali dan dua elemen simbolis "laki-laki dan perempuan" (Purasa dan Pradana) atau dua asal mula manifestasi dari sumber; Tuhan (Ida Sang Hyang Wishi Wasa).
Just info saja, untuk memasuki pura ini kita pengunjung akan dihadang di depan pura oleh beberapa ibu - ibu dan anak kecil yang meminta kita untuk menyewa sehelai kain bali yang gunanya untuk menutup aurat kita...terutama para wanita yang biasa pakai celana pendek. Saya sarankan sich lebih baik ambil jalan damai, tolak dengan senyuman dan ucapan yang sopan jika anda tak mau merogoh uang seperesen pun, atau seperti saya yang kebetulan baru beli sarung Bali, langsung pakai jadi mereka tak akan menawarkannya.
Pemandangan di Pura ini berbeda dengan Pura Uluwatu, suasana disini lebih sejuk yang disebabkan faktor lokasinya berada di dekat gunung. Di sini kita akan puas menjelajahi bermacam - macam bangunan pura, dan tempat yang sangat baik untuk dikunjungi bagi anda yang mencintai bangunan. Pura disini lebih terkesan modern dibandingkan Pura - Pura di Bali lainnya. Sekalipun waktu tersebut tidak ada perayaan agama, suasana magis dari Pura ini sangat terasa, sehingga membuat kami menikmatinya dengan suasana sopan dan kagum dengan pemandangan di dalam Pura ini. So....jangan kelewatan mengunjungi pura ini jika anda mampir ke Kintamani....ato anda pasti nyesallll.....
Dari sini, kami lanjut lagi ke kaki gunung Batur. Sasarannya danau yang ada dibawah kaki gunung ini telah menarik perhatian kami sejak melihatnya dari Pura namanya Danau Batur. Perjalanan menunju ke TKP ini, mata kita akan disajikan pemandangan kehidupan seputar desa Kintamani dan juga Gunung Batur yang gagah, selain itu juga banyak dilihat restoran dari yang standart sampai mewah....semuanya menawarkan menu utama berupa "makan sambil menikmati pemandangan G.Batur", inilah cara persaingan bisnis....saling kampanye demi memajukan usaha :).
Akhirnya sampai juga kami memasuki kawasan kaki G.Batur, dari jalan di atas...sekarang kami mulai jalan menurun yang akhirnya sampailah pada suatu tempat dimana mirip seperti padang luas yang dikelilingi oleh batu lava akibat letusan G.Batur.....satu hal lagi, tempat ini juga dijadikan obyek syuting film EPL lho....
Disini tempatnya panas, beruntung cuaca sangat mendukung. Bagi yang tak suka melihat pemandangan gersang....saya sarankan jangan kesini, pasti anda akan terasa membosankan, Tapi bagi jiwa jiwa petualang dan penasaran (asal bukan arwah penasaran ye....) silahkan kunjungin tempat ini dan nikmati padang luas yang di tumbuhi bebatuan, nama tempat ini adalah Toya Bungkah.
TOYO BUNGKAH
Toyo Bungkah terletak di tepi sebelah Barat Danau Batur, 11 Km dari penelokan Kecamatan Kintamani. Tempat ini sangat menyegarkan dan cocok untuk memancing dan berenang. Disana juga ada air panas yang airnya berasal dari kaku Gunung Batur. Masyarakat disana percaya bahwa air ini dapat menyembuhkan segala jenis penyakit kulit. Tempat ini sudah dikenal sejal tahun 1930 terutama oleh para Ilmuwan Asing. Fasilitas yang terdapat disini antara lain, penginapan, hotel dan restoran serta aula untuk mementaskan tari-tarian tradisional maupun modern.
Toyo Bungkah terletak di tepi sebelah Barat Danau Batur, 11 Km dari penelokan Kecamatan Kintamani. Tempat ini sangat menyegarkan dan cocok untuk memancing dan berenang. Disana juga ada air panas yang airnya berasal dari kaku Gunung Batur. Masyarakat disana percaya bahwa air ini dapat menyembuhkan segala jenis penyakit kulit. Tempat ini sudah dikenal sejal tahun 1930 terutama oleh para Ilmuwan Asing. Fasilitas yang terdapat disini antara lain, penginapan, hotel dan restoran serta aula untuk mementaskan tari-tarian tradisional maupun modern.
Satu hal lagi...jika anda sudah sampai di Toya Bungkah, jangan lupa kunjungilah Desa Trunyan yang mempunyai kebudayaan yang tetap dijaga sampai saat ini yaitu pemakaman jenasah tanpa dikuburkan. Karena berhubung saya rada penakuttt....(yach kebongkar deh kelemahan nya takut ama Casper...) jadi saya menolak untuk berkunjung ke desa Trunyan.
Nah puas bermain di padang batu lava kami kembali lagi ke atas yaitu ke desa Kintamani dan hendak pulang ke arah Denpasar untuk mencari penginapan malam ini saja. Maklumlah....namanya juga "Go show" penginapan yang kami inapi sudah penuh....jadi kami harus cari penginapan yang lainnnn.....
Sebelum sampai di Denpasar kami sempat nyangkut dulu di salah satu restoran yang konon sangat digemari oleh turis asing maupun domestik, letaknya di Ubud. Namanya Restoran Babi Guling Ibu Oka, nah penasaran...silakan lanjut lagi di next story....
Sehabis perut kenyang, kami terus melakukan perjalanan menunju Denpasar yang tiba - tiba awan sudah mulai mendung. Kami pun sempat diguyur hujan lebat dalam perjalanan, akhirnya sampai juga di Denpasar. Kami mulai mencari penginapan....dan apa dikata....semua penginapan sudah penuh, maklum high season. Walaupun ada sisa satu kamar, kami tidak sreggg.....karena kondisinya yang sedikit berdebu pada kasur, kamar bau anyep, dan toilet yang rada remang - remang serta berbauuuu.....sungguh tidak nyaman dan harga pun tidak murah sekitar Rp.300.000- /mlm.
So...kami putuskan menginap di Hotel Gratissss, sebuah hotel yang memiliki 3 (tiga) lapisan atap dengan ukuran kamar yang terbatas dan kalo ingin ke toilet di butuhkan perjuangan.....tinggallah kami 1 (satu) malam di hotel alam Pantai Kuta dan tidur di bawah pohon kelapa dengan perlindungan mobil sewaan kami si Avanza, dimana pagi harinya kami disambut pemandangan indah dari Kuta Beach Sun Rise secara gratis tanpa perlu membayar jutaan rupiah seperti menginap di hotel berbintang yang berada tak jauh dari kami memarkirkan mobil kami.
Mau tau suka duka nya nginap di Pantai Kuta? Tidak seburuk yang akan anda bayangkan kok....
Kami parkirkan mobil masuk ke area pantai, tidak jauh dari gerbang / gapura masuk area pantai Kuta. Cari posisi yang ok, pas dibawah pohon kelapa. Matikan mesin, buka jendela lalu nikmati suara ombak dan rasakan lah angin pantai di malam itu.
Bagaimana saat mau ke Toilet karena pipis....tenang saja.....jalan kaki tidak jauh ada KFC....numpang toilet disana, cuci tangan pake sabun gratis. Bersih sudah.....
Lalu tengah malam sempat mau pipis semuanya....dan sial nya lagi hujan lebattt hiks hiks hiks......walaupun susah tapi kami senang menikmati liburan ini....
Karena hujan tidak mungkinlah jalan kaki basah kuyub, akhirnya kami keliling keluar dari area pantai, jalan tidak jelas arah mencari entah POM bensin, alfamaret, 7 eleven.....pokoknya suatu tempat yang bisa disinggahi....numpang toilet + tanpa harus kehujanan.
Akhirnya ketemu deh 7eleven, sekalian beli pop mie & buat ditempat....maklum hujan jadi dingin sehingga perut laperrr....abiz tuuu numpang toilet deh semuanya....
Selesai urusan yang merepotkan, kami kembali ke Hotel Alam kami & lanjut lagi tidurrr....sampai "Sun Rise" mengusik kami dan.....untung ada toilet umum, langsung kami upacara pagi dulu di toilet dan tak lupa sikat gigi serta cuci muka di pancuran mandi umum.
Sehabis bersih - bersih, mulailah pagi itu kami bermain di pantai sekalian olahraga....dan membayangkan seperti film Baywatch.....(ah....jd teringat Mitch Buchanan sang tokoh utama nya) Lumayan kan.....petualangan nya.....ha ha ha ha.....