Sukawati, Ubud, Kintamani.......ending at Kuta Beach

Seperti biasanya, kami terbangun karena panggilan servis breakfast dari penginapan dan hari ini menunya nasi capcay dengan pelengkapnya cumi goreng tepung, haitttsss.....mantap sudah rasanya nikmat dan perut pun happy. Kami pun siap chek out pagi ini karena hendak pergi ke Ubud, disinilah kita bisa melihat seni budaya Bali, rencananya juga kami akan menginap 1 or 2 malam di Ubud. Tapi sebelum sampai Ubud kami akan mampir dahulu ke Pasar Sukowati untuk berbelanja oleh - oleh, mumpung jalannya satu arah.
Pura Desa Puseh - Sukawati
Jarak tempuh kami ke pasar Sukawati cukuplah dekat hanya 25 menit tanpa macet. Kami juga sempat stop sebentar dalam perjalanan, karena tertarik oleh sebuah tempat hanya sekedar iseng saja dan akhirnya menemukan sebuah Pura namanya Pura Desa Puseh - Sukawati, yang akhirnya mejeng sebentar untuk narsis yang sampai kami diusir oleh anjing liar penjaga sang Pura. O ya satu hal lagi sebagai info....di Bali banyak sekali anjing tanpa tuan yang berkeliaran, ada yang jinak ada juga yang ganas. Lebih baik anda jangan menggangu mereka, karena anjing tersebut bisa saja membawa penyakit rabies, itu saran saya....

Pasar Sukawati atau Pasar Seni Sukawati, merupakan sebuah pusat penjualan souvenir khas Bali. Siapapun yang datang ke Bali harus mengunjungi tempat ini, karena di sini adalah gudangnya belanja oleh - oleh dengan harga yang cukup bersahabat dengan dompet anda. 
pasar sukawati, picture by google
Usahakan juga datanglah pada pagi hari sekitar jam 8 - 10 am, karena saat itu penjual baru saja selesai sembahyang.....dan menurut kepercayaan mereka apabila berhasil jualan di pagi hari, maka jam berikutnya dagangan akan lebih laris. Dan satu hal lagi dari pengalamanku sendiri....belanja pagi hari justru tawar menawarnya lebih mudah, beranikan diri untuk menawar 1/2 harga....lalu mainkan harga sampai mencapai kesepakatan dengan penjual, maka anda akan mendapatkan harga yang menyenangkan dibanding anda datang pada siang hari....harga akan sedikit lebih sulit ditawar.

picture by google
Pasar ini dibangun sejak tahun 1980 an, buka setiap hari kecuali hari Galungan dan Nyepi. Letaknya di Jl. Sukawati Gianyar, Bali dengan jarak tempuh 1,5 jam dari Kuta. Jika anda datang tanpa guide jangan sampai terkecoh dengan Pasar Seni Sukawati lainnya...yang penampakan gedungnya masih terlihat baru. Yang asli penampakannya seperti foto disamping ini. Saya hampir terkecoh....untung dulu sudah pernah datang, jadi ingatanku tak dapat di tipu dengan pasar yang menggunakan nama Sukawati yang tersohor itu.  

Puas belanja oleh oleh, kami lanjut lagi untuk ke penginapan baru kami di Ubud, yang merupakan cabang dari penginapan yang kami sewa di Denpasar. Nah selama perjalanan menunju penginapan ini mata kami juga disuguhi oleh pemandangan indah dari desa Ubud. Diperjalanan ini kami melihat dan menghirup budaya seni Bali yang sangat kental, terlihat dari banyaknya toko toko di pinggir jalan yang menjajakan aneka barang seni Bali macam lukisan, pahatan, patung dari batu, ukiran......tak hanya benda ada juga butik baju dengan fashion yang bergaya etnik modern dan juga tempat kursus yang menawarkan belajar yoga & meditasi.....macam di cerita nyata "Eat Pray Love" (EPL)

Nah karena menyebut salah satu kisah nyata dari EPL yang kebetulan ini merupakan favoritku.....bahkan filmnya pun sudah saya tonton. Ini dia yang mau saya kasih tau....sebelum film ini muncul ke pasaran, ternyata semua tempat syuting EPL di Ubud sudah saya lihat lebih dulu. Dan pemandangannya asli lebih indah dari pada yang ditayangkan di filmnya. Sayangnya....kenapa saya tidak turun ke jalan untuk mengabadikan pemandangan dalam perjalanan ini....yang ada hanya decak kagum dan terheran - heran dengan pemandangan alam di Ubud, itulah penyesalanku setelah pulang dari Bali.

Begitu sampai di penginapan, ternyata partner saya ada perubahan minat. Dia tak ingin menginap di Ubud alasannya karena jauh dari keramaian dan kebetulan lokasi tempat kami menginap ini berada di pinggir desa sehingga terkesan seperti di hutan karena memang hotel ini di bangun di sebuah lahan luas yang kaya akan pemandangan yang asri. Untung saja pihak hotel tak keberatan dengan kami yang membatalkannya. Padahal jujur saja....saya ingin sekali menginap di sini, karena saya merasakan ada keunikan dengan kamarnya yang dibangun menggantung di atas kolam dan kamar satu ke yang laen nya tidak nempel....terus tempat ini benar - benar tenang....cocok untuk mereka yang ingin escape dari hiruk pikuk kota atau yang mau mengadakan perjalanan spiritual macam meditasi. Penasaran lihat penampakan hotel di Ubud masuk saja ke website ini  http://rafflesholiday.com/
apa yang anda lihat itulah yang akan anda dapatkan.....

Selesai masalah penginapan....sekarang kami dipusingkan hendak tidur dimanakah malam ini? karena penginapan hampir semua sudah penuh, maklum lagi high season saat kami ke Bali. Akhirnya kami putuskan lupakan lah sejenak....lebih baik menikmati liburan dulu ke tempat wisata yang searah dengan perjalanan kami yaitu ke "Kintamani". Nah loh...."Mongkey forest" nya kok diskip....iyap kami musuh dengan monyet, karena partner saya habis dijambret oleh monyet di Pura Uluwatu, jadi kita sepakat tidak ingin lagi bertemu dengan monyet selama di Bali, yach....selain itu saya sendiri pun juga takut sama monyet.
G. Batur - Kintamani
Perjalanan ke Kintamani tidak lah jauh dari penginapan kami hanya sekitar 1 jam dan perjalanan sangatlah lancar....pemandangan nya melewati sebuah desa. Terlihat dari rumah - rumah yang kami lewati masih dalam bangunan khas rumah Bali dengan tembok bata merah, pintu masuk masuk macam gapura, lalu ada Pura kecil di setiap halaman rumah. Akhirnya tibalah pada sebuah jalan yang ternyata merupakan sebuah jalan raya dan terlihat sudah pemandangan Gunung Batur, udara sejuk dari suasana gunung pun mulai terhirup.

Tak jauh dari situ terlihat sebuah bangunan Pura yang menarik mata kami, yaitu Pura Ulun Danu Batur atau sering di sebut juga Pura Batur, merupakan salah satu Pura terbesar selain Pura Besakih. Sebuah pura yang sangat layak untuk dikunjungi karena keindahan bangunannya juga latar belakang berupa Gunung Batur dan Danau Batur. Sebelum letaknya yang sekarang ini, Pura Batur terletak di lereng Barat Daya Gunung Batur. Karena letusan dasyat pada tahun 1917 yang telah menghancurkan semuanya, termasuk pura ini kecuali sebuah pelinggih yang tertinggi. Akhirnya berkat inisiatif kepala desa bersama pemuka desa, mereka membawa pelinggih yang masih utuh dan membangun kembali Pura Batur ke tempat yang lebih tinggi yakni pada lokasi saat ini. Upacara di pura ini dirayakan setiap tahun yang dinamakan Ngusaba Kedasa.

SEJARAH PURA BATUR
Sebelum letusan Gunung Batur yang dasyat pada tahun 1917, Pura Batur semula terletak di kaki Gunung itu dekat tepi Barat Daya Danau Batur yang merusakkan 65.000 rumah, 2.500 Pura dan lebih dari ribuan kehidupan. Tetapi keajaiban menghentikannya pada kaki Pura. Orang-orang melihat semua ini sebagai pertanda baik dan melanjutkan untuk tetap tinggal disana. 

Pada tahun 1926 letusan baru menutupi seluruh Pura kecuali "Pelinggih" yang tertinggi, temapt pemujaan kepada Tuhan dalam perwujudan Dewi Danu, Dewi air danau. Kemudian warga desa bersikeras untuk menempatkannya di tempat yang lebih tinggi dan memulai tusag mereka untuk membangun kembali pura. Mereka membawa pelinggih yang masih utuh dan membangun kembali Pura Batur.
 
Beberapa lontar suci Bali kuno menceritakan asal mula Pura Batur yang merupakan bagian dari "sad kayangan" enam kelompok Pura yang ada di Bali yang tercatat dalam lontar Widhi Sastra, lontar Raja Purana dan Babad Pasek Kayu Selem. Pura Batur juga dinyatakan sebagai Pura "Kayangan Jagat" yang disungsung oleh masyarakat umum.
 
Sejarah Pura Batur merupakan persembahan untuk Dewi Kesuburan, Dewi Danu. Dia adalah Dewi dari air danau. Air yang kaya akan mineral mengalir dari Danau Batur, mengalir dari satu petak sawah ke petak sawah yang lainnya, lambat laun turun ke bumi. Dalam lontar Usaha Bali, salah satu sastra suci yang ditempatkan di pura itu, ada legenda kuno yang melukiskan susunan dari tahta Dewi Danu.
 
Legenda tersebut diceritakan sebagai berikut :
Pada suatu malam di awal bulan kelima Margasari Dewa Pasupati (Siwa) memindahkan puncak Gunung Mahameru di India dan membaginya menjadi dua bagian. Dibawanya satu bagian dengan tangan kirinya dan yang satunya dengan tangan kanannya. Kedua belahan itu dibawa menjadi tahta. Belahan yang dibawa dengan tangan kanannya menjadi Gunung Agung tahta untuk anaknya, Dewa Putranjaya (mahadewa Siwa) dan yang dibawanya dengan tangan kiri menjadi Gunung Batur tahta dari Dewi Danu, Dewi Air Danau. 

Legenda ini menjadikan Gunung terbesar di Bali dan dua elemen simbolis "laki-laki dan perempuan" (Purasa dan Pradana) atau dua asal mula manifestasi dari sumber; Tuhan (Ida Sang Hyang Wishi Wasa).


Just info saja, untuk memasuki pura ini kita pengunjung akan dihadang di depan pura oleh beberapa ibu - ibu dan anak kecil yang meminta kita untuk menyewa sehelai kain bali yang gunanya untuk menutup aurat kita...terutama para wanita yang biasa pakai celana pendek. Saya sarankan sich lebih baik ambil jalan damai, tolak dengan senyuman dan ucapan yang sopan jika anda tak mau merogoh uang seperesen pun, atau seperti saya yang kebetulan baru beli sarung Bali, langsung pakai jadi mereka tak akan menawarkannya.


Pemandangan di Pura ini berbeda dengan Pura Uluwatu, suasana disini lebih sejuk yang disebabkan faktor lokasinya berada di dekat gunung. Di sini kita akan puas menjelajahi bermacam - macam bangunan pura, dan tempat yang sangat baik untuk dikunjungi bagi anda yang mencintai bangunan. Pura disini lebih terkesan modern dibandingkan Pura - Pura di Bali lainnya. Sekalipun waktu tersebut tidak ada perayaan agama, suasana magis dari Pura ini sangat terasa, sehingga membuat kami menikmatinya dengan suasana sopan dan kagum dengan pemandangan di dalam Pura ini. So....jangan kelewatan mengunjungi pura ini jika anda mampir ke Kintamani....ato anda pasti nyesallll.....

Dari sini, kami lanjut lagi ke kaki gunung Batur. Sasarannya danau yang ada dibawah kaki gunung ini telah menarik perhatian kami sejak melihatnya dari Pura namanya Danau Batur. Perjalanan menunju ke TKP ini, mata kita akan disajikan pemandangan kehidupan seputar desa Kintamani dan juga Gunung Batur yang gagah, selain itu juga banyak dilihat restoran dari yang standart sampai mewah....semuanya menawarkan menu utama berupa "makan sambil menikmati pemandangan G.Batur", inilah cara persaingan bisnis....saling kampanye demi memajukan usaha :).

Akhirnya sampai juga kami memasuki kawasan kaki G.Batur, dari jalan di atas...sekarang kami mulai jalan menurun yang akhirnya sampailah pada suatu tempat dimana mirip seperti padang luas yang dikelilingi oleh batu lava akibat letusan G.Batur.....satu hal lagi, tempat ini juga dijadikan obyek syuting film EPL lho....
Disini tempatnya panas, beruntung cuaca sangat mendukung. Bagi yang tak suka melihat pemandangan gersang....saya sarankan jangan kesini, pasti anda akan terasa membosankan, Tapi bagi jiwa jiwa petualang dan penasaran (asal bukan arwah penasaran ye....) silahkan kunjungin tempat ini dan nikmati padang luas yang di tumbuhi bebatuan, nama tempat ini adalah Toya Bungkah.

TOYO BUNGKAH
Toyo Bungkah terletak di tepi sebelah Barat Danau Batur, 11 Km dari penelokan Kecamatan Kintamani. Tempat ini sangat menyegarkan dan cocok untuk memancing dan berenang. Disana juga ada air panas yang airnya berasal dari kaku Gunung Batur. Masyarakat disana percaya bahwa air ini dapat menyembuhkan segala jenis penyakit kulit. Tempat ini sudah dikenal sejal tahun 1930 terutama oleh para Ilmuwan Asing. Fasilitas yang terdapat disini antara lain, penginapan, hotel dan restoran serta aula untuk mementaskan tari-tarian tradisional maupun modern.

Satu hal lagi...jika anda sudah sampai di Toya Bungkah, jangan lupa kunjungilah Desa Trunyan yang mempunyai kebudayaan yang tetap dijaga sampai saat ini yaitu pemakaman jenasah tanpa dikuburkan. Karena berhubung saya rada penakuttt....(yach kebongkar deh kelemahan nya takut ama Casper...) jadi saya menolak untuk berkunjung ke desa Trunyan.

Nah puas bermain di padang batu lava kami kembali lagi ke atas yaitu ke desa Kintamani dan hendak pulang ke arah Denpasar untuk mencari penginapan malam ini saja. Maklumlah....namanya juga "Go show" penginapan yang kami inapi sudah penuh....jadi kami harus cari penginapan yang lainnnn.....
Sebelum sampai di Denpasar kami sempat nyangkut dulu di salah satu restoran yang konon sangat digemari oleh turis asing maupun domestik, letaknya di Ubud. Namanya Restoran Babi Guling Ibu Oka, nah penasaran...silakan lanjut lagi di next story....

Sehabis perut kenyang, kami terus melakukan perjalanan menunju Denpasar yang tiba - tiba awan sudah mulai mendung. Kami pun sempat diguyur hujan lebat dalam perjalanan, akhirnya sampai juga di Denpasar. Kami mulai mencari penginapan....dan apa dikata....semua penginapan sudah penuh, maklum high season. Walaupun ada sisa satu kamar, kami tidak sreggg.....karena kondisinya yang sedikit berdebu pada kasur, kamar bau anyep, dan toilet yang rada remang - remang serta berbauuuu.....sungguh tidak nyaman dan harga pun tidak murah sekitar Rp.300.000- /mlm. 

So...kami putuskan menginap di Hotel Gratissss, sebuah hotel yang memiliki 3 (tiga) lapisan atap dengan ukuran kamar yang terbatas dan kalo ingin ke toilet di butuhkan perjuangan.....tinggallah kami 1 (satu) malam di hotel alam Pantai Kuta dan tidur di bawah pohon kelapa dengan perlindungan mobil sewaan kami si Avanza, dimana pagi harinya kami disambut pemandangan indah dari Kuta Beach Sun Rise secara gratis tanpa perlu membayar jutaan rupiah seperti menginap di hotel berbintang yang berada tak jauh dari kami memarkirkan mobil kami.

Mau tau suka duka nya nginap di Pantai Kuta? Tidak seburuk yang akan anda bayangkan kok....
Kami parkirkan mobil masuk ke area pantai, tidak jauh dari gerbang / gapura masuk area pantai Kuta. Cari posisi yang ok, pas dibawah pohon kelapa. Matikan mesin, buka jendela lalu nikmati suara ombak dan rasakan lah angin pantai di malam itu. 

Bagaimana saat mau ke Toilet karena pipis....tenang saja.....jalan kaki tidak jauh ada KFC....numpang toilet disana, cuci tangan pake sabun gratis. Bersih sudah.....

Lalu tengah malam sempat mau pipis semuanya....dan sial nya lagi hujan lebattt hiks hiks hiks......walaupun susah tapi kami senang menikmati liburan ini....

Karena hujan tidak mungkinlah jalan kaki basah kuyub, akhirnya kami keliling keluar dari area pantai, jalan tidak jelas arah mencari entah POM bensin, alfamaret, 7 eleven.....pokoknya suatu tempat yang bisa disinggahi....numpang toilet + tanpa harus kehujanan.

Akhirnya ketemu deh 7eleven, sekalian beli pop mie & buat ditempat....maklum hujan jadi dingin sehingga perut laperrr....abiz tuuu numpang toilet deh semuanya....

Selesai urusan yang merepotkan, kami kembali ke Hotel Alam kami & lanjut lagi tidurrr....sampai "Sun Rise" mengusik kami dan.....untung ada toilet umum, langsung kami upacara pagi dulu di toilet dan tak lupa sikat gigi serta cuci muka di pancuran mandi umum. 

Sehabis bersih - bersih, mulailah pagi itu kami bermain di pantai sekalian olahraga....dan membayangkan seperti film Baywatch.....(ah....jd teringat Mitch Buchanan sang tokoh utama nya) Lumayan kan.....petualangan nya.....ha ha ha ha..... 
Yuppy....do exercises
Kuta in the morning

Bali - Baywatch


Perjalanan akan semakin menyenangkan jika kita menggoresnya dengan sebuah hal yang tak pernah kita duga....anggaplah hal yang tak menyenangkan menjadi suatu petualangan perjalanan......enjoy it....who's care....everyone come's for vacation.....


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Waktunya untuk santaiii.....

Begitu pulang dari pantai Kuta, langit sudah mulai menunju gelap perlahan - lahan. Tapi Kami semua masih tetap semangat menikmati liburan ini. Kami pulang dulu ke penginapan untuk berbenah dan membersihkan diri, setelah semuanya selesai kami memulai suatu perjalanan yang lebih tenang dan santai, kali ini mau ke Sanur.

Sanur - by: google picture
Dari penginapan ke sanur cukuplah dekat, hanya memakan waktu kureb 10 menit dengan mobil. Sampai disana memang sudah mulai gelap tapi bukan berarti pantai jadi sepi, justru masih ada beberapa pengunjungnya termasuk kami. Kali ini waktu kami habiskan berjalan menyusuri pinggir pantai saja, sambil menghirup udara laut dan menikmati pemandangan lampu dari kafe dan hotel di pinggir pantai. Ada juga beberapa musik rege yang mengalun di telinga kami. 

Lalu kami stop di salah satu halaman sebuah hotel yang cukup berbintang, disana ada beberapa kursi pantai yang kosong....kami pun menggunakannya untuk duduk dan tidur disana sambil menikmati langit yang cerah dan ramaikan dengan bintang yang bersinar terang. Sambil ditiup angin pantai yang sedikit dingin, kuping kami pun dimanjakan oleh musik rege ringan yang diputar dari hotel bar. Pada siang hari kami mungkin tak dapat menikmati kursi pantai ini...karena ini akan dinikmati oleh tamu hotel tersebut, tapi saat malam justru kami lah para pelancong backpack yang menikmatinya.....asal jangan bikin kegaduhan saja...lawong kita numpang toh...jadi yach harap sopan...apalagi kita untung tidak diusir. Cukup lama juga kami semua menikmati santai ini, bahkan sampai sempat tertidur sangking nikmatnya di tiup angin pantai. Selain itu juga....pada pagi hari pantai Sanur merupakan tempat terbaik untuk menyaksikan matahari terbit dikarenakan pantai ini menghadap ke Timur.

Setelah menikmati kehidupan santai ini kami terus melanjutkan untuk mencari makanan kecil sambil menunggu warung sederhana favorit kami buka. Kebetulan juga waktu belum nyampe di lokasi pantai Sanur, kami sempat melihat ada banyak resto - resto kecil yang berbentuk kafe. Mampirlah di salah satu kafe yang kebetulan menjual makanan kecil siap saji, namanya "saya lupa" alias emang saya lupa nama kedainya. Yang saya ingat ini jenis makanan kecil dari jepang yang dibuat dari daging octopus lalu dipanggang dalam sebuah cetakan 1/2 bulat seperti bola, lalu dibolak - balik dan jadilah sebuah kue mirip bola mini yang isisnya daging octopus lalu disajikan dengan toping saus bulldog, mayonaise & irisan ikan yang sudah dikeringkan. Kalo tidak salah sich...namanya "Takoyaki".


Perut sudah terganjal sedikit, kali ini it's activity for killing time until the warung open. Balik lagi ah....ke Jl. Legian untuk menikmati nightlife nya. Begitu sampai di Jl. Legian wah atmosfernya bedaaa banget...kaya serasa bukan berada di Indonesia, hahahaha....norak banget ye...Iyalah orang sepanjang jalan isinya bule semua, ditambah dengan hingar bingar suara bar, kafe, pub apalah....whatever..... yang sampai terdengar di jalan. Uniknya lagi di setiap depan pintu tempat hiburan tersebut mereka menyuguhkan berbagai macam atraksi untuk menarik pengunjungnya. So far sich atraksinya masih sopan, contohnya dari Paddy's club yang sudah mulai bangkit kembali pasca ledakan bom Bali I menawarkan atraksi akrobat lempar bottle macam bartender aksi ngocok & putar putar botol........apalah istilahnya (maklum bukan anak nightlife) lalu ada aksi kaya kuda lumping....alias nyemburin api dari mulut. Ada juga yang menawarkan macam adu dance, karoke dan masih banyak lagi atraksi lainnya.

Puas sudah menikmati nightlife di Legian street kami pun kembali ke jadwal makan malam kami yang dilanjutkan kembali ke penginapan untuk berbenah & istirahat karena besok kami akan pindah penginapan dan mulai perjalanan ke daerah Ubud dan sekitarnya.







  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Logam Mulia Aneka Tambang

by harga emas.



logam mulia Logam Mulia Aneka Tambang

Membeli atau menjual emas di Logam Mulia (LM) sedikit lebih ribet dibandingkan dengan bertransaksi di toko-toko emas biasa. Sebelum memasuki tempat transaksi, petugas akan meminta tanda pengenal kita, lantas mencatat data-data pribadi kita. Selain nama, nomor KTP, alamat dan nomor telepon, mereka juga meminta NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Setelah prosedur itu, kita mendapatkan tanda pengenal untuk masuk ke tempat perdagangan. Disana, pembeli satu gram pun akan dilayani. Makin berat emas yang dibeli, harga emas per gram menjadi lebih murah dikarenakan faktor biaya pembuatan. Jika kita membeli dalam jumlah banyak, ada suatu ketentuan yang berlaku, penjual menyediakan fasilitas pengantaran dengan menggunakan jasa pihak ketiga. Fasilitas ini ditujukan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan bagi pelanggan.

Logam Mulia menyediakan berbagai ukuran emas lantakan , mulai dari 1 gram sampai 1.000 gram. Seperti di toko emas biasa, ongkos jasa juga dikenakan oleh Logam Mulia. Untuk pembelian emas lantakan di kutip Rp.33.500 per gramnya. Makin besar pembelian emas, makin kecil ongkos jasanya. Logam Mulia tidak mengenakan ongkos jasa untuk pembelian emas lantakan mulai 100 gram.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tips Investasi Logam Mulia

by harga emas.

Kita ketahui bahwa logam mulia memiliki beberapa pilihan, satu diantaranya adalah emas. Logam mulia ini paling banyak dicari dan digemari masyarakat, hal ini dikarenakan emas selain digunakan sebagai instrument investasi, emas juga berperan sebagai pelindung nilai asset yang anda miliki dar pengaruh inflasi.

Untuk memulai berinvestasi emas, tentunya anda harus menentukan serta mengetahui apa maksud dan tujuan anda berinvestasi emas. Apakah anda gunakan sebagai instrument investasi atau hanya untuk dipakai?

logam mulia Tips Investasi Logam Mulia 

Apabila anda ingin berinvestasi ada baiknya untuk memilih emas batangan atau emas koin (koin dinar), jika hanya untuk dipakai tentunya pilihlah dalam bentuk perhiasan yang anda sukai.

Beberapa tips pemilihan emas:
  1. Update Kurs Emas Update kurs emas bisa anda dapatkan setiap hari, pada pukul 09.30 atau anda bisa menghubungi langsung ke PT Antam, Tbk.
  2. Perhatikan Dua Faktor Penentu yaitu faktor harga emas dunia dan faktor kurs rupiah terhadap dolar. Oleh karena itu disarankan untuk selalu meng-update setiap saat, informasi dua faktor tersebut.
  3. Perhatikan Keaslian Emas Keaslian emas dapat mengacu pada sertifikat yang diperoleh pada saat transaksi emas batangan (lempengan). Dimana sertifikat itu harus dikeluarkan oleh PT Antam, Tbk. (khusus Indonesia) yang berstandar internasional dan telah diakui oleh London Bullion Market Association (LBMA). Sertifikat asli memiliki nomor seri yang juga terdapat pada lempengan emas, dan ukuran 5 x 6 cm. Sedangkan untuk memastikan keaslian emas lempengan, anda dapat melihat logo LM berbentuk segi lima yang tertera, serta terdapat tulisan Fine Gold .9999, dan apabila nilai emas lebih dari 5 gram disertai nomor seri pada lempengan (yang biasanya diawali dengan dua karakter huruf dan tiga digit angka).
  4. Pastikan Kadar Kemurnian Emas, sesuai dengan Standar Internasional Emas 24 Karat (emas murni) berkomposisi 99.99% emas, Emas 22 Karat berkomposisi 91.7% emas dan 8.3% campuran bahan lain (perak), Emas 20 Karat berkomposisi 83.3% emas, Emas 18 Karat berkomposisi 75.0% emas, Emas 16 Karat berkomposisi 66.6% emas, Emas 14 Karat berkomposisi 58.5% emas, dan Emas 9 Karat berkomposisi 37.5% emas.
  5. Biaya Produksi Biaya produksi yang dikenakan berkisar antara Rp 33.500,- sampai dengan Rp 102.000,-/keping emas.
  6. Simpan Bukti Pembelian dan Bukti Keaslian Emas Hal ini adalah sebagai bukti keaslian bilamana anda menjual emas kembali ke tempat Anda membelinya, karena tentu akan lebih mudah dan tidak ada banya pertanyaan seputar emasnya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Chiken Nugget - by homemade

Alkisahnya.....

Seperti biasa rutinitas tiap pagi setelah mendapat gelar sebagai nyonya, maka saya pun sering ke pasar bersama mama ku. Tujuan adalah belajar memilih bahan makanan yang sehat (bebas formalin dkk nya) dan keterampilan tawar menawar di pasar.

Sampailah di kios daging ayam, mama sibuk mengajari saya memilih daging ayam yang segar dan sehat. Setelah pelajaran selesai saya melihat sang penjual sedang memilah daging ayam bagian dada lalu dikumpulkan menjadi satu tumpukan, tak lama kemudian disambutlah sautan dari tante sebelah saya yang bilang

"daging ini enakloh di bikin nugget....berapa /kg nya bank."
" /kg 15 ribu cik..."

Setelah menyaksikan......saya pun bilang ke mama....

"Ma...saya mau dagingnya, mau belajar bikin nugget. Itu loh....ayam cincang merk "F****a", yang mama selalu marah kalo kita makan karena pengawetnya."

Chiken Nugget - by Homemade
Tak lama kemudian......sang daging dada ayam mentok pun berakhir di baskom cucian dan siap diolah oleh saya......
















*** Bahan:
500 gram Ayam bagian dada
2 siung bawang putih (ukuran besar)
2 butir telur

** Bumbu perasa (tingkat asin nya sesuai selera pribadi yach.....)
Garam
Lada
Maggi blog - dihaluskan
(mau ganti Royco, Masako boleh. Tidak pakai semua juga tdk apa....optional saja)

* Bahan celupan / balutan :
2 butir telur
garam + lada (secukupnya)
tepung roti (halus / kasar - boleh, sesuai selera)

Caranya:

dibalut tepung roti
1. Kocok telur dengan bumbu perasa nya sampai tercampur dan rata.

2. Masukan daging dalam Food Procesor + kocokan telur

3. Process semua bahan sampai tercampur rata, lalu sisihkan.

4. Ambil sebuah loyang tatak dengan plastik & oleskan mentega

5. Tuang adonan ayam ke loyang, ratakan.

6. Kemudian di tim selama 15 menit.

7. Angkat & dinginkan dulu dalam suhu ruangan, sampai daging bisa dipegang oleh tangan dan siap di balut.

8. Potong - potong sesuai selera

9. Celupkan ke dalam telur yang sudah diberi garam & lada, lalu gulingkan ke tepung roti. Lakukan 2 X

10. Siap di goreng

11. Angkat lalu sajikan & nikmati

Sajian ini sangat baik disajikan untuk anak - anak, karena nugget ini tidak menggunakan bahan pengawet layaknya yang dijual di pasaran.

Nugget setelah dibalut oleh tepung roti dapat disimpan selama 1 bulan.
Caranya:
1. Setelah nugget dibalut tepung roti.
2. Masukkan dalam tupperware.
3. Lalu simpan di lemari pendingin.
4. Jika mau di makan ambil secukupnya, dinginkan dalam suhu ruangan sekitar 15-20 menit
5. Lalu digoreng, sajikan

Goreng & tiriskan


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

JJS di Legian & Sunset di Pantai Kuta

Setelah puas berleha - leha di Tanah Lot, perjalanan menunju Kuta pun dimulai......

Kali ini perjalanan lebih unik lagi, Why??? karena kami lewat jalan tikus yang kami lihat di GPS, bukan melewati jalan yang direkomen pada umumnya. Tujuannya....lebih dekat dan menyusuri pantai, itulah yang menjadi incaran kami. 

Menyusuri jalan tikus ini tidak lah membosankan....justru menyenangkan, karena pemandangan yang disajikan berbagai macam....seperti sempat melewati daerah perumahan elit di Bali....lalu perumahan biasa - biasa aja, trusss.....ada banyak rumah mewah yang disewakan oleh ekspatriat atau mungkin sudah di beli kali yach....ama si bule dan menetap di sini???? Mana ku tehe....mangnya saya tanyakan....inikan cuman hayalan saya....tak jauh lagi ada beberapa rumah mewah lagi yang dibangun menjadi penginapan yang berkonsep homie & private....trus ketemu lapangan luas yang ditumbuhin daun hijau....bagusss deh pemandangan jalan tikus ini. Tidak terkesan kampung justru berkesan lebih ke kota walaupun ini mungkin kategori pinggiran....entahlah yang pasti disini juga ada hadir kefe, restoran dan mini market seperti Alfamart, lalu ada beberapa boutique yang berkelas juga gallery.....

Sampai pada akhirnya ada pemandangan yang tertangkap mata saya yaitu semacam pemandangan lautan gituuu....tapi sempat kami binggung juga....itu kan gang kecil kok bisa ada pantainya....lalu kami stopkan mobil sebentar di pinggir sambil mempelajari situasi nya. Baru saja beberapa sekitar 1 menit nongkrong...gak taunya ada bule naik motor sambil bawa papan surfing..."Wah sepertinya ada pantai nich di sana...." jawab kami kompak. Tak perlu bertanya satu sama lain....karena sehati maka kami pun mulai memutuskan menunju tempat tersembunyi itu.

Nama nya Pantai Batubelig, Kerobokan - Kuta Utara lokasi nya berada dipinggiran kota.  Pantai ini jauh lebih sepi pengunjung dari pada kuta, pengunjungnya mayoritas turis asing yang kebetulan menginap di hotel atau villa disekitar desa Batubelig. Walaupun ada orang lokal itupun warga yang tinggal di sekitar desa Batubelig ini, turis lokal sangatlah jarang....saat saya berkunjung di pantai ini mungkin hanya ditemukan 2 atau 3 kelompok turis lokal. Pantai ini bersebelahan dengan pantai Patingenget,

Suasana di pantai ini lebih panas dan sedikit gersang jika dibayangkan seperti padang pantai bukannya padang gurun yach....walaupun sepi teteupp....keindahan lautnya selalu mempesona. Ombak disini lebih tenang, terlihat ada beberapa turis asing asik bersurfing ria. Walaupun banyak dibangun Villa dan hotel di desa Batubelig ini, keindahan dan keasrian pantai ini masih tetap terjaga, sekalipun lebih banyak turis asing dan warga desa Batubelig yang berkeliaran di pantai ini.

Pemandangan untuk melihat pantai, air laut yang bersih dan sunrise serta sunset yang lebih bagus dapat dilihat disini. Karena lokasinya jauh dari hiruk pikuk kota juga polusi sampah dan udara sehingga untuk menikmati suasana ini akan lebih terasa fresh, tenang dan asri. Di sini adalah pantai yang tepat untuk peminat pantai yang mencari ketenangan, keasrian serta nikmatnya menghirup udara yang bersih & memandang matahari terbit & terbenam dengan cantik.

Setelah menginterogasi sikon pantai Batubelig kami kembali lagi pada rencana awal yaitu ke kuta. Akhirnya setelah melewati medan di jalan tikus ketemu juga jalan raya yang menunju lokasi Pantai Kuta. Pas sekali waktunya....kami masih mempunyai sisa banyak waktu untuk menikmati pertokoan di jalan legian sebelum waktu sunset tiba. Masuk toko kemudian keluar toko lagi...entah apa yang kami cari pun tidak tau...yang pasti celingak - celinguk saja tak ada minat membeli yang ada hanya cuci mata saja.

Setelah menyusuri toko di jalan legian, mata kami tertumpu pada sebuah monumen. Dimana di sekitarnya berjejer banyak sekali baik turis asing maupun lokal berfoto ria di monumen tersebut. Setelah didekati...ternyata "Monumen Tragedi Kemanusiaan Peledakan Bom Bali 12 Oktober 2002" atau terkenalnya Monumen Ground Zero, dibangun untuk mengenang peristiwa bom Bali I yang terjadi di Sari Club dan Paddy's cafe pada tanggal 12 Oktober 2002 yang menelan korban sebanyak 202 orang. Kami pun melihat langsung monumen tersebut dan membaca nama - nama korbannya, terbesit sebuah perasaan yang amat sulit diungkapkan saat berada di monumen tersebut....yang pasti sakit hati dan sedih, walaupun saya tak kenal dengan korbannya tetapi hati ini begitu.......erghhh.....terhadap perbuatan ini. 

Akhirnya saya memutuskan tidak mau mengambil foto di sini karena hanya akan menambah luka dan kesedihan di hati jika saya mememorikan obyek ini di foto. Bila ada kesempatan datang kembali ditempat ini, akan saya lakukan hal yang sama yaitu berdoa untuk keluarga yang ditinggalkan dan mereka yang meninggal supaya tenang dan di terima disisiNYA.

Tibalah di pintu gerbang pantai Kuta, sebuah gapura besar khas Bali yang menandakan anda sudah tiba dikawasan pantai Kuta. Disinilah kami menghabiskan waktu sore kami, duduk santai sambil menikmati angin pantai....melihat aneka macam manusia berseliweran & berjemuran di pantai ini. Ada yang olahraga sore seperti jogging, ada juga juga yang surfing....dan ada pula yang sibuk klak klik kamera serta banyak lagi kegiatan yang dilakukan di pantai ini. 

sunset di pantai Kuta - Bali
Cukup lama kami berada di Pantai Kuta sampai matahari terbenam. Setelah puas kami pun mulai angkat kaki untuk kembali pulang ke penginapan dan lanjut lagi ke TKP baru. Let's go to Sanur Beach.....it's near from our place......





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PASSPORT by Rhenal Kasali

Setiap saat mulai perkuliahan, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa orang yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherankan, ternyata hanya sekitar 5% yang mengangkat tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah naik pesawat, jawabannya melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah pelancong lokal.

Maka, berbeda dengan kebanyakan dosen yang memberi tugas kertas berupa PR dan paper, di kelas-kelas yang saya asuh saya memulainya dengan memberi tugas mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki "surat ijin memasuki dunia global.". Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet, terkurung dalam kesempitan, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu kemudian, mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport.

Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan, pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia, Singapura, Timor Leste atau Brunei Darussalam. Pergilah sejauh yang mampu dan bisa dijangkau.

"Uang untuk beli tiketnya bagaimana, pak?"

Saya katakan saya tidak tahu. Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang. Dan begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka ia akan terbelenggu oleh constraint. Dan hampir pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.

Pertanyaan seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa, melainkan juga para dosen steril yang kurang jalan-jalan. Bagi mereka yang tak pernah melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas kewajaran dan buang-buang uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamaternya sendiri.
Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan sejuta kesempatan untuk maju. Anda bisa mendapatkan sesuatu yang yang terbayangkan, pengetahuan, teknologi, kedewasaan, dan wisdom.

Namun beruntunglah, pertanyaan seperti itu tak pernah ada di kepala para pelancong, dan diantaranya adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok backpackers. Mereka adalah pemburu tiket dan penginapan super murah, menggendong ransel butut dan bersandal jepit, yang kalau kehabisan uang bekerja di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka sebenarnya tak ada bedanya dengan remaja-remaja Minang, Banjar, atau Bugis, yang merantau ke Pulau Jawa berbekal seadanya.Ini berarti tak banyak orang yang paham bahwa bepergian keluar negeri sudah tak semenyeramkan, sejauh, bahkan semewah di masa lalu.

Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah rajin bepergian. Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima Internasional) yang tugasnya memetakan pameran-pameran besar yang dikoordinasi pemerintah. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko, menjajakan aneka barang kerajinan, dan pulangnya mereka jalan-jalan, ikut kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampiri saya dengan menunjukkan pasportnya yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat teman-temannya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi eksekutif di sebuah perusahaan besar di luar negeri.

The Next Convergence

Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergence, penerima hadiah Nobel ekonomi Michael Spence mengatakan, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan penduduk dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan miskin-lulusan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-balik Surabaya-Hongkong.

Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak pernah keluar negeri sekalipun. Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket pesawat saja tidak, apalagi memiliki pasport.Maka bagi saya, penting bagi para pendidik untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia. Berbekal lima ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak menumpang bis melewati perbatasan Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak tempuh sembilan jam mereka sudah mendapatkan pelajaran PPKN yang sangat penting, yaitu pupusnya kebangsaan karena kita kurang urus daerah perbatasan. Rumah-rumah kumuh, jalan berlubang, pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan infrastruktur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya ada di sisi seberang. Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan memakai nuraninya saat memimpin bangsa di masa depan. Di universitas Indonesia, setiap mahasiswa saya diwajibkan memiliki pasport dan melihat minimal satu negara.

Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guide nya. Kami menembus Chiangmay dan menyaksikan penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung melawan arus globalisasi. Namun belakangan saya berubah pikiran, kalau diantar oleh dosennya, kapan memiliki keberanian dan inisiatif? Maka perjalanan penuh pertanyaan pun mereka jalani. Saat anak-anak Indonesia ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea dan Jepang yang huruf tulisannya jauh lebih rumit dan pronounciation-nya sulit dimengerti menjelajahi dunia tanpa rasa takut. Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah punya pasport itu 99% akhirnya dapat pergi keluar negeri. Sekali lagi, jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar otak untuk mendapatkan tiket, menabung, mencari losmen-losmen murah, menghubungi sponsor dan mengedarkan kotak sumbangan. Tentu saja, kalau kurang sedikit ya ditomboki dosennya sendiri.

Namun harap dimaklumi, anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun kini dipasportnya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka anak-anak orang kaya yang orangtuanya mampu membelikan mereka tiket? Tentu tidak. Di UI, sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang mereka anak petani dan nelayan. Tetapi mereka
tak mau kalah dengan TKW yang meski tak sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing.

Anak-anak yang ditugaskan ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit. Sekembalinya dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman, cerita, gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka.

Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasakan anak didiknya memiliki pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di Italy saya bertemu Dewi Francesca, perempuan asal Bali yang memiliki kafe yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya mendapat bea siswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus Tambunan atau Nazaruddin yang baru punya pasport dari uang negara.

Rhenald Kasali

Guru Besar Universitas Indonesia

Dikutip dari salah satu mailist group.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Good Morning & Trip to Tanah Lot

Apa sich tujuan ke Bali....selain melihat uniknya Bali so pasti pemandangan pantai & lautnya Bali pasti jadi incaran pertama, terutama bagi kami sang pecinta pemandangan pantai & laut.

"Tok...tok...tok", bunyi suara pintu di pagi hari pukul 7am waktu Bali. Mata masih mengantuk, badan masih berat dan tidak rela jauh dari ranjang. Akhirnya teman ku lah yang membukakan pintu....ternyata salah satu servis yang ditawarkan di penginapan ini, Sarapan pagi. Menunya Nasi goreng yang ditata cantik dengan potongan tomat, timun, daun selada serta pelengkapnya telur mata sapi dan nugget ayam kualitas baik (bukan nugget murahan). Tak lupa juga teh manis hangat. Sarapan yang sangat lengkap dan menggoda, membuat kami semua memilih bangun dan lekas mandi untuk sarapan. Ternyata perjuangan kami pun tak sia - sia, rasanya benar - benar menghibur hati dan perut, tidak ada rasa kecewa sedikit pun. 

Perut kenyang rasa juga oke, mengingat ini hanyalah penginapan murah dan biasa saja....alias tanpa bintang....tapi rahasia di pelayanan kamar yang nyaman serta sarapan yang disajikan, membuat kami menetapkan ini sebagai tempat favorit kami jika balik ke Bali lagi.....tak ingin pindah ke lain hati....upsss salah....pindah ke hotel lain.

Hari ini kami menetapkan full day for Beach only. Dimulai dari yang terjauh....Tanah Lot setelah itu baru menghabiskan waktu sore di Kuta dan jalan - jalan seputar legian, sambil menikmati night life nya. Kami berangkat dari penginapan sekitar jam 10 am. Seperti biasa perlengkapan perang dari buku panduan sampai peta sudah siap ditangan.....dimulai lah perjalanan kami.....menunju Tanah Lot. Waktu tempuh kami kureb (kurang lebih) 1 1/2 jam dari penginapan.....secara kami kan jalan sendiri, jadi butuh tanya orang juga untuk arahnya seperti kata pepatah "Malu bertanya sesat di jalan" = gengsi menanyakan jalan / arah maka tak akan sampai ke tempat tujuan (pepatah untuk sang petualang jalan - jalan).
Sepanjang perjalanan mata dimanjakan oleh hamparan sawah dan beberapa warung makan yang bertuliskan menu "Nasi Lawar". Nah....inilah yang membuat kami stop sesaat untuk mencicipinya sekalian numpang toilet.
Lawar 

Apa sich "Nasi Lawar" itu??? atau biasa disebut "Lawar" saja, merupakan salah satu makanan khas / tradisional Bali yang sangat terkenal diseluruh pelosok Bali. Biasanya lawar dihidangkan pada saat diadakan suatu upacara adat. Namun masakan ini kemudian mulai berkembang untuk dapat dinikmati secara umum di setiap warung ataupun restoran. Lawar merupakan makanan kombinasi antara sayuran dan daging. Sayuran utama yang digunakan adalah nangka dan pepaya muda yang dilengkapi dengan irisan kulit babi dan juga campuran bumbu Bali basegenap. Lawar memiliki banyak variasi, tergantung pada jenis sayuran dan daging yang digunakannya. Misalnya yang dikenal umum adalah lawar babi maka yang digunakan berupa campuran daging babi atau lawar nangka sayuran yang digunakan hanyalah nangka tanpa campuran dagingnya, lainnya lawar cumi, lawar kuwir (bebek mentok) dan masih banyak lagi macam - macam lawar. Menyantap lawar tidak hanya dengan nasi putih saja melainkan disajikan lengkap dalam 1 porsi nasi + lauk pauk, seperti pada lawar babi disajikan lengkap dengan urutan (sosis bali) jeroan babi goreng, satai lilit babi, kerupuk kulit babi dan terkadang juga ada kuah sayur asin yang dimasak dengan kaldu sumsum babi. 

Setelah urusan icip - icip selesai....perjalanan terus dilanjutkan. Akhirnya tiba juga di Tanah Lot yang terletak di desa Beraban, Tabanan. Tidak lupa juga beli tiket masuknya seharga Rp.10.000,-. Daya tarik Tanah Lot adalah adanya sebuah bangunan Pura yang berdiri di atas laut atau terpisah dari daratan. Jadi jika airnya surut, maka kita bisa mengunjungi pura ini sampai ke pelatara pura untuk bersembahyang. Jika air laut pasang, pura ini akan terlihat seperti perahu yang terapung diatas air.


Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha. (By: Wikipedia)

Selain pemandangan laut dan pura, daya tarik lainnya adalah pemandangan saat sore hari dimana matahari terbenam atau istilah bekennya Sunset dan view disini juga tak kalah cantiknya dengan yang ada di Pura Uluwatu.


Tak hanya datang untuk melihat Tanah Lot saja, disini kami menghabiskan waktu cukup lama. Mungkin sekitar 3 jam....kami duduk tak jauh dari pintu utama, menikmati pemandangan sekeliling sambil mengamati aktivitas disekitarnya. Kebetulan saat itu situasi tidak terlalu padat dengan anggota tour, jadi kami cukup nyaman menikmati suasananya. Kami juga sempat berinteraksi dengan pedagang nasi jenggo yang keliling menjajakan nasi bungkusnya. 

Sang ibu penjual cukup ramah, dia memulai menyapa kami yang kebetulan duduk tepat disebelahnya. "kalian sungguh beruntung datangnya saat ini...kemarin ma...rame sekali..." nah dari situlah kami mulai akarab dan berbincang - bincang seputar ativitas sang ibu yang dari pagi sudah mulai mempersiapkan nasi bungkusnya bahkan dia pun juga bercerita tentang si nasi jenggo yang merupakan makanan khas Bali. Nasi Jenggo asalnya dibungkus menggunakan daun pisang berhubung daun ini harga lebih mahal dari si kertas coklat pembungkus makanan....maka sang penjual pun beralih ke media pembungkus modern ini. Walaupun begitu ada beberapa penjual yang masih menggunakan si daun pisang. Asal muasal dinamakan nasi jenggo juga kurang jelas tapi menurut sang ibu penjual, nasi ini umumnya dijajakan pada malam hari bahkan dahulu kala nasi jenggo dapat ditemukan disetiap sudut pasar senggol Suci tiap malam. Dijaman sekarang justru hampir bisa ditemukan di setiap pinggir jalan setiap malam terutama di daerah Denpasar. 

Nah lho....kenapa sekarang nasi jenggo di Tanah Lot jual siang?....ini karena dampak dari tuntuttan eknomi jaman sekarang....jadi sang ibu pun butuh mencari nafkah, maka berjualanlah nasi jenggo dari pagi sampai jam 12 siang lalu berlanjut dari sore sampai malam atau habis nasi bungkusnya. 

Kami mengobrol cukup banyak....dari soal nasi, kondisi pariwisata di tanah lot sampai kesuksesan sang ibu menyekolahkan ke dua anaknya di bangku SMP. Karena sudah mulai terasa akrab kami pun memutuskan untuk mencicipi nasi jenggo sang ibu....walaupun kami masih terasa kenyang. Sang ibu pun menyambut dengan senyuman yang ramah waktu kami bilang "Bu, saya boleh beli 1 bungkus tidak untuk mencicipinya.....?" Sang ibu pun menyambut baik kami, sambil menawarkan beberapa kue kue kecil yang dijajakan oleh rekannya yang lain....kami sempat beli kue tradisionalnya dan senangnya lagi...harganya sangat murah....1 bungkus nasi hanya 2000 perak, serta beberapa macam kue totalnya tak sampai 10000 perak. Kami bungkus semua makanan tersebut....maklum kami masih mau eksplor tempat lain lagi....


Kami pergi ke suatu tempat....masih di sekitar Tanah Lot...kami melewati pedagang kaki lima yang menjajakan souvenir macam kalung, anting, jepitan yang dibuat dari kerang. Lalu naik tangga....kami menunju tempat istirahat macam foodcourt yang bisa dibilang berada diatas tebing...disana banyak sekali restoran dari menjajakan makanan sampai air kelapa. Kami istirahat di sana sambil melihat pemandangan Tanah Lot dan menikmati si nasi jenggo, kue dan air kelapa.

Setelah puas berleha - leha indehoi....menikmati angin pantai dan mata dicuci oleh pemandangan laut yang luasss....kami putuskan untuk kembali dan lanjut ke Pantai Kuta mengejar sunset & night life disana......

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Santapan wajib kami di Bali

Inilah awal kisahnya, kenapa menu ini jadi santapan wajib kami selama di Bali.......

Malam semakin larut...perut pun belum kenyang, hasrat perutpun semakin menuntut. Jadilah kami meluncur ke TKP terdekat dari tempat menginap kami, sekitar daerah By Pass Ngurah Rai. 

Jangan kalian binggung, walaupun di Bali malam sudah larut....makanan pasti tetap ada yang menjual. Salah satunya yang mudah ditemukan disetiap jalan dengan harga terjangkau adalah Nasi Jenggo semacam nasi kucing, karena sebungkus nasi & lauk porsinya cukup untuk 3-5 kali suap. Tapi bukan ini yang menjadi incaran kami, melainkan......

"Warung Makan Sederhana" sesuai namanya juga penampilan dari warung ini pun cukup sederhana tak ada interior mewah. Semuanya terlihat sudah cukup lama digunakan, mungkin seusia umur warung ini yang sudah lebih dari 20 tahun berdiri. Ruangan nya hanya dapat menampung sekitar 20 tamu saja dengan warna ruangan dicat hijau.

Lokasinya tepat berada di Jalan Raya By Pass Ngurah Rai No. 208, Sanur Koja - Denpasar. Tlpn: 0361 - 7932391 dengan jam buka mulai pukul 18.00 - 03.00 WTA.
Jika anda sedang berada disekitar Pantai Sanur, tidak ada salahnya sekalian mampir di sini, karena lokasinya tidak jauh dari Pantai Sanur, semakin malam pengunjung akan semakin bertambah banyak....dan tentu harus rela mengantri.

soto balung babi

stik babi bumbu bali (B3)
Menu yang ditawarkan warung ini tidak lah banyak kurang lebih hanya 15 macam menu dan akan terlihat tepat di sebuah papan yang digantung di dalam warung tersebut. Hanya yang menjadi menu favoritnya disini adalah "Soto Balung Babi" dan disusul oleh "Stik Babi Bumbu Bali". 
Berhubung masyarakat Bali mayoritas Hindu, jadi babi menjadi salah satu makanan yang cukup aman untuk dinikmati, terutama bagi mereka yang tidak ada pantangan. Untuk soto ini bahan yang digunakan adalah balung babi atau bagian tulang babi yang masih berisi sedikit daging. Satu porsi soto disajikan sebanyak 3 potong balung babi yang dilengkapi dengan irisan tipis sayur lobak dan taburan daun sledri serta bawang goreng. Kuahnya jenis bening dengan rasa dari racikan bumbu khas seperti ketumbar, lengkuas, bawang putih, merica dllnya. Kuahnya menggunakan kaldu babi dan disajikan dalam kondisi panas sehingga tak tampak tampilan yang sangat berlemak.

Cara menikmati soto ini harus ditambah dengan perasan jeruk nipis yang mempunyai daya tarik asam sehingga mengikat lemak kuah nya dan timbullah rasa khas yang memberikan sensasi segar dan ringan dinikmati oleh lidah, tenggorakan dan turun ke perut. Jangan lupa juga bagi pecinta pedas....tambahkan cabe sesuai selera. Lebih afdol lagi dilengkapi nasi sepiring....hmmm mantap sudah acara makan ini. 

Soto yang hangat disiram ke nasi ditambah nikmatnya menggerogoti daging yang nempel pada tulang dengan tingkat empuk yang sungguh pas tanpa perlu perlwanan dari si gigi. Tak lama habis sudah 1 porsi soto + nasi dan menyisakan kenangan indah dari lidah, otak, perut & hati....yang membuat kami harus datang lagi besok malam.....dan tidak boleh tidak.......apalagi semakin malam angin pun cukup bersahabat ditambah habis pulang dari mencari angin pantai...hmmm nimatttttnya....sulit dilukiskan dengan kata - kata, lebih baik dicoba sendiri.

Stik Babi Bumbu Bali atau disebut B3, walaupun stik namanya....penampakannya tidak seperti stik. Melainkan babi dalam bentuk potongan kecil dengan balutan khas base genap plus sambal goreng ala Bali. Base genap sendiri merupakan racikan bumbu khas Bali yang terdiri dari 9 macam rempah rempah dapur. Soal rasa tak kalah enaknya juga dengan si soto, ada rasa pedas dan nikmatnya bumbu khas Bali.

Pokoknya ke 2 menu favorit ini lebih baik dicoba sendiri, karena sangking enaknya sulit untuk didiskripsikan, dikarenakan setiap pribadi mempunyai selera yang berbeda. Harga untuk 1 porsi soto Rp.15.000,- sedangkan stik nya Rp.16.000,-.
Selain menu tersebut diatas, kami juga sempat mencicipi menu lainnya yang juga menjadi favorit, yaitu "babi asam manis". Untuk yang satu ini juga sama enaknya...dengan tampilan yang sama seperti stik babi yang berbeda hanya penampilannya berwarna merah dan rasanya nya yach asam manis....macam gurame asam manis.

Hampir setiap malam, selama kami berada di Bali menu warung ini menjadi makan malam kami bahkan wajib. Maklum jika pulang ke Jakarta takut kangen & ngidam.....jadi dipuaskan dulu disini.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS